Internet sehat
adalah kampanye kreatif rekan-
rekan ICT Watch dalam
pemasyarakatan internet yang tertib,
aman, legal dan bermanfaat. Inisiatif
ini muncul mengantisipasi pesatnya
laju inflasi kelahiran penduduk maya
sekaligus menjawab maraknya
penyalahgunaan internet di
Indonesia. Dalam kegiatannya,
internet sehat selalu melibatkan
jejaring komunitas dan pengiat
lembaga nirlaba, termasuk penulis
yang bekerja di organisasi non-
pemerintah.
ICT Watch merupakan pemegang
hak penggunaan nama/merek
berdasarkan keputusan Dirjen HAKI,
Kementerian Hukum dan HAM
Republik Indonesia. Kata 'INTERNET
SEHAT' telah terdaftar sebagai
merek pada Dirjen HAKI pada
tanggal 21 Oktober 2010, dengan
nomor pendaftaran IDM00276610.
Di jalur yang beda tipis vis a vis, kini
marak fenomena pengalihfungsian
internet menjadi alat kampanye
penjahat dan habitat netizen 'aliran
sesat'. Penulis menyebut fenomena
ini dengan istilah internet syahwat
sebagai antitesa parodik internet
sehat.
Secara fungsi, internet sehat
mengendalikan penggunaan agar
netter tidak tersesat, sementara
internet syahwat membiarkan hasrat
berkobar liar. Posisi internet syahwat
mendekat ke moral hazard
sedangkan internet sehat merapat ke
moral safeguard.
Keduanya giat mendakwahkan
kegunaan piranti komunikasi berbasis
jaringan silaturahmi komputer global
ini. Pun demikian, keduanya
berasumsi azas manfaat, walau
tanggung jawab sosial dan kesadaran
beragama yang kemudian
membatasi perbedaannya. Internet
sehat efektif sebagai media
pencerdasan dan penyejahteraan
umat. Sebaliknya internet syahwat
lebih banyak mendatangkan
mudharat bagi tatanan masyarakat.
Pemaknaan internet sehat akan
melahirkan kreatifitas, kecerdasan,
power of simplicity, keterbukaan
saling berbagi dan peradaban yang
lebih manusiawi. Ada Kang Onno W.
Purbo dengan ide VoIP Merdeka
yang murah dan produk Wajanbolic
yang meriah. Para blogger yang
memelopori eksistensi pewarta
warga.
ICT Watch bersama ID-SIRTII jadi
'tukang kebun' dunia maya agar
semua penghuni tetap bersih dan
terlindungi. Dari luar negeri duo Lary
Page dan Sergey Brin, Mark
Zuckerberg, serta Jerry Yang adalah
contoh generasi terkini yang cerdas
memaknai hakekat internet sehat.
Derivat internet sehat dapat
mewujud dalam produk yang
bermanfaat, mendidik dan ramah
masyarakat. Contohnya BSE untuk
pendidikan, SAHANA untuk
kebencanaan, NAWALA untuk
pencegahan keasusilaan, F/OSS
mengurangi monopoli sistem operasi,
dukungan Facebooker untuk
penegakan keadilan, saling sapa via
kicauan Tweeps, upacara online,
pengajian virtual, dst.
Di batas lain, Internet Syahwat
berangkat dari ketertutupan, germo
(gelem seger kerjo emoh), ambisi
saling menguasai, kecanduan nafsu
setan, terjebak dunia profan, budaya
enak instan, dan semangat pelecehan
harkat kemanusiaan. Hubungan gelap
itu kemudian melahirkan turunan
produk gagal bernama pornografi,
phising, carding, bullying, abuse of
mouse, human trafficking, money
laundring, maling banking, dan
kejahatan dunia maya lainnya.
Pembaca tentu tahu aksi cerdik
penipu dan pencuri cantik yang
tertangkap polisi baru-baru ini. Pada
perkara asusila sebelumnya,
beberapa sosialita kerap dituduh
mengejar tenar dengan cara umbar
video dan foto penuh ego libido.
Teranyar, muncul kasus anggota
dewan yang tertangkap candid
camera sedang indehoi joged chaiya-
chaiya sembari menikmati pranala
email 'LinkInPorn'-nya. Apakah
mereka tergolong penikmat internet
syahwat? Hanya Allah yang tahu
kebenarannya.
Jika disanding dalam deret moral
benchmarking, maka pelaku internet
sehat dengan kesadaran ikhlas
sedang berlatih mengamalkan fatwa
kitab suci berikut ini, "Dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya" (QS.
17:36). Peringatan ayat ini nampak
secorak dengan tagline 'wise while
online, think before posting'.
Sementara penikmat internet
syahwat sedang bersenang-senang
dan bergegas melakoni satire pedas
Iwan Fals, "khutbah soal moral,
omong keadilan sarapan bagiku. Aksi
tipu-tipu, lobbying dan upeti, ooohh
jagooonyaaa." (Swami, Bento:
1989).
Memilih satu di antara keduanya
merupakan hak pembaca. Sila
pikirkan keuntungan dan kerugian
sebagai konsekuensi pilihan yang
mesti ditanggung. Internet sehat
menawarkan alternatif tamasya
arung maya yang aman, nyaman dan
ada jaminan perlindungan.
Sementara internet syahwat
mengajak bertualang keliling dunia
virtual yang illegal dan amoral --
meski mungkin lebih markotop dan
menantang buat sebagian orang.
Bagi pelaku internet sehat, sebaiknya
menambah energi ekstra supaya
revolusi baik ini tak layu berhenti.
Rangkul dan perkuat fungsi keluarga
sebagai pelaku utama selain advokasi
peraturan yang sudah ada. Buat
penikmat internet syahwat, doakan
semoga saja mereka lekas bertobat.
Tentu lebih bijak mengarifi diri
daripada menuduh ada konspirasi
atau mengaku jadi korban yang
dizalimi.
Pilih internet sehat, Insya Allah hidup
lebih bermanfaat bagi keluarga dan
masyarakat. Pilih internet syahwat,
risikonya berhadapan dengan hukum
aparat dan malaikat. Mudah-
mudahan pilihan Anda sama dengan
saya, ambil pilihan pertama: internet
sehat yang bertanggungjawab dunia
akhirat. Bismillaah...
*) Penulis, Gus Adhim merupakan
seorang santri peminat fotografi,
pegiat F/OSS dan teknologi informasi.
Saat ini, penulis tinggal dan bekerja
di Pondok Pesantren Sumber
Pendidikan Mental Agama Allah
(SPMAA) Lamongan.
Penulis : Gus Adhim/detikInet/detikcom